THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 29 November 2010

Etika sebuah Bisnis

Aktifitas bisnis dijalankan dan ditujukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Agar aktivitas bisnis mampu berjalan secara baik, maka diperlukan adanya etika bisnis. Dengan begitu etika bisnis mampu memagari perilaku pekerjaan sehari-hari di kantor untuk membuat para pemimpin dan karyawan agar tidak terperangkap dalam masalah. Bila etika bisnis mampu dijalankan secara tegas dan konsisten, maka nilai-nilai yang ada dalam etika bisnis tersebut dapat menciptakan sebuah aktifitas bisnis yang sehat dan berkualitas tinggi. Sebuah praktik bisnis yang bebas dari konspirasi buruk, korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga mampu mengoptimalkan shareholders value perusahaan.
Secara prinsip etika bisnis mengatur agar para pemimpin dan karyawan perusahaan tidak menjadi korban dari kegiatan bisnis tersebut. Oleh karena itu, pemahaman etika bisnis harus diikuti dengan kekuatan sifat baik yang didukung oleh nilai-nilai moral kehidupan yang tinggi. Etika bisnis wajib diimplementasikan secara baik oleh setiap orang di perusahaan, agar mampu memainkan peran dan fungsi manajemennya secara professional, tanpa keluar dari aturan main yang ada di perusahaan, serta mampu memahami apa yang baik dan apa yang tidak baik secara sederhana.

Etika bisnis seperti cahaya yang menerangi semua fungsi dan peran kerja karyawan dan pimpinan. Semakin terang pikiran karyawan dan pimpinan untuk memahami dan mematuhi etika bisnis, akan semakin tinggi kualitas integritas dan kinerja mereka. Bila para karyawan dan pimpinan mampu mematuhi etika bisnis secara sempurna, maka secara otomatis mereka akan menjadi energi positif perusahaan. Mereka akan menjadi pribadi yang membangun kebaikan di organisasi. Mereka akan menjadi pribadi istimewa yang berpotensi meraih kesuksesan tertinggi.

Etika bisnis bukan hanya sekedar aturan yang mengikat para karyawan dan pimpinan di perusahaan, tapi etika bisnis mampu menjadi sebuah energi yang dapat menciptakan nilai tambah buat organisasi.etika bisnis berarti melakukan semua aspek bisnis dalam cara yang etis, penuh integritas dan mampu bekerja berdasarkan kode etik. Etika bisnis adalah perilaku moral dan sikap baik menjadi inti dari kekuatan sebuah manajemen. Etika bisnis adalah inti dari sebuah kekuatan bisnis.

Share PageConnect via Meebo
Top of Form
Bottom of Form
10 PRINSIP PENERAPAN ETIKA BISNIS



Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif :



1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi
Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
2. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness.
Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
3. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.
Integritas merujuk pada keutuhan pribadi,kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
4. Etika Bisnis itumembutuhkan kejujuran.
Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
5. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda. 
6. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.
Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa.
Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.



7. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal.
Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.

8. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
9. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.
Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
10. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan.
Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidakpuas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya.
Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.




Hal yg terpenting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada kedudukan yg pantas dalam kegiatan bisnis yg berorientasi pada norma-norma moral.
Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya selalu berusaha berada dalam kerangka etis, yaitu tidak merugikan siapapun secara moral.
Ada 2 prinsip yg dapat digunakan sebagai acuan dimensi etis dalam pengambilan keputusan :
1. Prinsip Konsequentialis : Konsep etika ini berfokus pada konsekuensi dari pengambilan keputusan yg dilakukan seseorang. Ini artinya, penilaian apakah sebuah keputusan dapat dikatakan etis atau tidak, hal itu tergantung pada konsekuensi dari keputusan tsb.
2. Prinsip Non-Konsequentialis : Konsep etika ini berdasarkan penilaian pada rangkaian peraturan yg digunakan sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan. Penilaian etis lebih didasarkan pada alasan, bukan pada akibatnya






                                   
Beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.
Secara jangka panjang, bila kita meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih besar kepada perusahaan.
Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki
pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral yang tinggi terbukti lebih sukses dalam jangka panjang.
Hal sama juga dikemukakan miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006) dalam buku Winners Never Cheat. Dikatakan, kunci utama kesuksesan adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.





Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982.
Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOMnya Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu
disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercaya hingga kini.
Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader) di Amerika Serikat.
Berkaca pada contoh kasus itu, sudah saatnya kita merenungkan kembali cara pandang lama yang melihat etika dan bisnis sebagai dua hal berbeda. Memang beretika dalam bisnis tidak akan memberi keuntungan segera. Karena itu, para pengusaha dan praktisi bisnis harus belajar untuk berpikir jangka panjang. Peran masyarakat, terutama melalui pemerintah, badan-badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang
kritis amat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan etika bisnis berbagai perusahaan di Indonesia.





Dari kaca mata finance etika bisnis berkaitan dengan going concern (kelangsungan bisnis perusahaan), sesuatu yang baik akan memberikan hasil yang baik pula nantinya.

0 komentar: